Powered By Blogger

Translate

Minggu, 08 Januari 2017

Kemajuan dan Kemunduran Matematika pada Zaman Islam.



Kemajuan dan Kemunduran Matematika pada Zaman Islam.

Ketika menyimak presentasi yang disampaikan oleh kelompok 15 dan 16. Muncul rasa bangga sekaligus rasa sedih dalam diri saya. Hal  ini dikarenakan ada penyebabnya yang akan saya jelaskan pada bahasan kali ini. 

Kelompok 15 terdiri atas 2 orang anggota yakni Elvin dan Fitria. Elvin menjadi pemateri pertama yang menyampaikan tentang penyebab kemajuan Matematika pada Zaman Kejayaan Islam. 

Pada abad ke-1 Masehi, bangsa Arab masih ketinggalan jauh dalam bidang ilmu pengetahuan dibanding dengan negeri – negeri yang lain seperti Persia, India, Yunani, dan Romawi. Hali ini dikarenakan bangsa Arab yang masih sibuk dengan peperangan. Akan tetapi, abad ke-8 merupakan masa di mana perkembangan ilmu pengetahuan bangsa Arab sangat mengagumkan. 

Tepatnya pada tahun 750 M, bangsa Arab bangkit mengejar ketertinggalannya dalam bidang ilmu pengetahuan. Kemajuan ini terjadi pada abad 7 Masehi sampai abad ke 12 Masehi. Masa ini yakni dimana khalifah – khalifah bani Abbasiyah memerintah. Di antara khalifah – khalifah, ada tiga khalifah yang sangat berperan bagi kemajuan ilmu pengetahuan. Ketiga khalifah tersebut adalah khalfah Al Manshur, khalifah Harun ar Rasyid, dan khalifah Al Ma’mun. 

Kebangkitan islam terjadi saat bangsa Eropa mengalami masa kegelapan. Semua ini dimulai pada masa khalifah Al Manshur dengan dibentuknya Dewan Penerjemah Bahasa Latin yang menerjemahan buku – buku matematika dari Yunani, India, Persia, dan negeri yang lainnya. Puncaknya, yakni pada masa khalifah Harun ar Rasyid, didirikan khizanatul Hikam yang selanjutnya dikembangkan oleh Khalifah Al Ma’mun menjadi Baitul Hikmah. Tempat ini merupakan pusat penterjemahan, perpustakan, dan observatorium. Masa ini adalah masa permulaan zaman keemasan (golden ages of islam) bagi sejarah dunia islam.  



Dalam perkembangan matematika pada masa ini, tentunya lahir banyak matematikawan muslim yang brilian. Fitria menjelaskan dua orang dari sekia banyaknya matematikawan muslim yang berperan dalam perkembangan matematika . Al-Khwarizmi dan Abul Wafa Muhammad Al Buzjani. Khalifah Al-Ma'mun menjadi sahabat karibnya yang menjadikan Al-Khwarizmi sebagai anggota Baitul Hikmah. Kemampuannya menguasai beberapa bahasa asing membantunya memahami dan memperdalam pengetahuannya tentang ilmu matematika dan astronomi dari sumber aslinya. Al-Khwarizmi terkenal dengan teori algoritma dan aljabar atau aritmatika (ilmu hitung). Ia mengembangkan ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tangen, persamaan linier dan kuadrat serta kalkulasi integral. Ia juga memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sedangkan Abu Wafa adalah ahli matematika muslim fenomenal diera keemasan islam. Ia belajar matematika dari pamannya bernama Abu Umar Al-Maghazli dan Abu Abdullah Muhammad Ibn Ataba. Abu Wafa banyak memberi sumbangan yang sangat penting bagi pengembangan ilmu berhitung. Salah satu jasa terbesarnya bagi studi matematika adalah Trigonometri.

Pada presentasi kelompok selanjutnya, inilah yang membuat saya sedih. Kemunduruan perkembangan matematika di akhir zaman kejayaan umat islam. Kebesaran, keagungan, kemegahan dan gemerlapnya baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti Abbasiyah seolah-olah hanyut dibawah sungai tigris, setelah kota itu dibumihanguskan oleh tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M. Semua bangunan kota termasuk Baitul Hikmah dihancurkan, buku-buku yang ada didalamnya dibakar dan dibuang ke sungai tigris sehingga warna air sungai berubah menjadi hitam kelam karena lunturan tinta pada buku-buku tersebut. Hal ini tentunya berdampak pada kemunduran perkembangan matematika  pada zaman peradaban islam.

Ada beberapa faktor penyebab mundurnya jatuhnya umat islam pada saat itu.
Faktor Internal :
  1. Lemahnya komunikasi
  2. Tidak adanya aturan yang baku
  3. Lemahnya ekonomi
  4. Konflik keagamaan
Faktor Eksternal :
  1. Persaingan antar bangsa
  2. Perang Salib
  3. Serangan bangsa Mongol
Ketika kaum Muslimin terendam darah kesedihan setelah adanya serangan dari bangsa Mongol, masih juga ummat Islam dapat berpikir, menciptakan sesuatu yang besar dan melahirkan ilmuwan internasional walaupun jumlahnya sedikit seperti Al-Qalasadi.

Abu al-Hasan bin Ali al-Qalasadi (1412-1486) adalah seorang ahli matematika muslim dari Andalusia. Al-Qalasadi adalah orang pertama yang menggunakan simbol-simbol yang kini digunakan dalam penulisan persamaan notasi pecahan. Al-Qalasadi menggunakan pernyataan “ala ma’sihi” yang berarti “tempatkan di atasnya”, dan “mafawk al-Khatt” yang berarti “yang ada di atas garis”.

Al-Qalasadi merupakan ilmuwan pertama yang menggunakan simbolisasi saat membahas atau menulis sebuah persamaan. Salah satu penemuannya adalah simbol matematika dengan menggunakan karakter huruf arab. Simbol-simbol tersebut adalah sebagai berikut :
1)    ﻭ (wa) berarti dan, berfungsi untuk penambahan (+)
2)      (la) berarti kurang, berfungsi untuk pengurangan (–)
3)      ف (fi) berarti kali, berfungsi untuk perkalian (*)
4)      ة (ala) berarti atas, berfungsi untuk pembagian (/)
5)      ﺝ (j) merupakan jadah yang berarti akar
6)      ﺵ (sy) merupakan syai, artinya berungsi untuk sebuah variabel (x)
7)      ﻡ (mim) merupakan mal untuk sebuah persegi (x2)
8)      ﻙ (k) merupakan kab untuk sebuah kubus (x3)
9)      ﻝ (l) merupakan yadillu untuk menunjukkan kesetaraan (=)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar