Oleh Kelompok 1 dan 2
Kelompok
1 beranggotakan atas M. Abdullah Sahal, Putri Nur Jannah, dan Siti Rahmayani.
Dalam presentasi yang pertama dari seluruh kelompok ini, mereka menyampaikan
tentang Paham Formalisme dalam filsafat pendidikan matematika. Ada beberapa
poin penting yang saya dapatkan.
Formalisme
itu adalah sebuah paham dalam matematika yang menggunakan sistem formal di
dalamnya.
Paham
ini merekayasa simbol berdasarkan aturan tertentu untuk menghasilkan sebuah sistem pernyataan yang
selalu benar, tetapi kosong dari makna, dan tidak ada pertanyaan yang
bertentangan. Hal ini karena paham ini bertujuan untuk menerima
kebenaran tanpa melakukan pembuktian pada semua matematika secara lengkap dan konsisten.
Paham ini
digunakan untuk mengatasi masalah – masalah yang memiliki ketidak konsisten, seperti kasus munculnya Paradok Russel. Paradok Russel
adalah sebuah contoh dari suatu pernyataan aneh yang dihasilkan dari sistem
logika yang kita gunakan secara alamiah. Contohnya seorang tukang cukur rambut
bernazar bahwa dia akan mencukur rambut setiap orang di desa yang tidak mencukur
rambutnya sendiri. Entah bagaimana cara paham formalisme mengatasi masalah
tersebut.
Kemudian,
selanjutnya pemateri melanjutkan pada bahasan tesis Formalisme, di bahasan ini
saya dapat menangkap apa yang mereka sampaikan, yakni bahwa dalam Formalisme
terdapat 2 tesis, yakni :
1.
Matematika itu dinyatakan dalam bentuk yang kosong dari
arti. Hal ini mungkin dikarenakan simbol – simbol bisa diterapkan dalam ilmu
pengetahuan lain.
2.
Aturan – aturan dalam matematika itu bebas dari
inkonsinteni.
Selanjutnya, mereka
melanjutkan pada bahasan berikutnya yakni aspek – aspek dalam paham Formalisme.
Aspek dalam paham ini, ada 2 aspek yakni aspek ontologi dan epistemologi. Di
sini ada sedikit kerancuan, mengapa disebut Ontologi? Bukankah ontologi itu
merupakan salah satu cabang ilmu dari Biologi yang membahas tentang Burung?? Wes,
ndak apa – apa lanjut aja. Aspek
ontologi adalah obyek-obyek yang dikaji dalam matematika. Obyek-obyeknya adalah
fakta abstrak, konsep, definisi, relasi, operasi abstrak, serta prinsip
abstrak.
Aspek Epistemologi adalah keyakinan yang
terbukti atau lebih tepatnya merupakan pengetahuan proposional yang memuat
pernyataan-pernyataan yang dapat dipercaya, dan tersedia landasan yang cukup
untuk melakukan pembuktian.
Lalu
bagaimana dengan Kelompok 2? Kelompok ini terdiri atas Richa Umami, Nadia
Erviana, dan Qurrota A’yuninnisa. Materi kelompok ini merupakan salah satu
materi yang saya sukai, sebab materi yang disampaikan oleh mereka mirip dengan
apa yang tercantum dalam kurikulum 2013 di Indonesia yang sedang digunakan
dalam proses pembelajaran saat ini di sekolah – sekolah. Yap, Paham Kontruktivisme
dalam pendidikan matematika...Tapi, itu juga karena bagusnya cara penyampaian materi yang mereka lakukan. Dan sebenarnya, saya sendiri yang merupakan
mahasiswa pendidikan matematika, perlu untuk memahami materi ini karena penting
untuk kedepannya.
Pertama,
apa sih yang dimaksud Konstruktivisme itu sendiri? Mudahnya seperti ini, buku
tidak memuat pengetahuan, hanya merupakan simbol-simbol yang diatur secara
hati-hati dan sengaja yang tidak bermakna, meskipun buku dapat memandu pembaca
untuk menciptakan makna-makna baru. Kebermaknaannya harus diciptakan oleh
pembaca, makna dalam buku tergantung pada penciptaan yang unik dari
masing-masing pembaca, di sinilah timbul subjective knowledge.
Jadi, dapat kita tahu
bahwa teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan menciptakan suatu makna dari apa yang dipelajari.
Namun,
sebenarnya.. apa sih hakikat pendidik dan peserta didik itu sendiri menurut
paham ini?
Mereka
menjelaskan, bahwa pendidik itu sebagai mediator sekaligus fasilitator. Nah,
tugas para pendidik tersebut yakni merangsang keingintahuan peserta didik,
membantu mereka mengekspresikan gagasan mereka, dan menghubungkan ide mereka
dengan materi pembelajaran. Maka dari itu, paham kontruktivisme menuntut
pendidik untuk menguasai bahan materi yang mau diajarkan.
Kemudian,
bagaimana hakikat peserta didik menurut paham ini??
Menurut
paham ini, peserta didik diberikan kebebasan untuk memaknai dari materi yang diajarkan
kepada mereka. Jadi, ini merupakan proses menuangkan ide mereka terhadap materi
tersebut. Pokok’e peserta didik sendiri yang membuat penalaran atas apa yang
dipelajarinya lalu membandingkannya dengan apa yang telah mereka ketahui
sebelumnya.
Selanjutnya,
bagaimana penerapan paham kontruktivisme dalam proses pendidikan dan
pembelajaran? Kalau yang ini, saya cuma ingat poin – poinnya saja. Poin – poin
tersebut adalah; Mendorong kemandirian dan inisiatif pserta didik dalam
belajar; Guru mengajukan pertanyaan terbuka dan memberikan kesempatan beberapa
waktu kepada peserta didik untuk merespon; Mendorong peserta didik berpikir
jernih; Peserta didik terlibat secara aktif dalam dialog atau didiskusi dengan
guru dan peserta didik lainnya; dan Guru memberikan data mentah, sumber –
sumber utama, dan materi – materi interaktif.
Jadi,
dapat dikatakan bahwa konstruktivisme berbeda dengan formalisme dalam
pelaksanaannya. Jika Formalisme melaksanakan pengajaran matematika yang abstrak
secara formal artinya tertulis di atas kertas (mengikuti aturan), maka
konstruktivisme melaksanakan pengajaran matematika yang abstrak, dapat
dikurangi sedikit keabstrakannya dengan hal – hal yang konkret di sekitar kita.
Namun, dua paham ini sama – sama menganggap bahwa kebenaran matematika itu
adalah mutlak. Tentunya hal tersebut dibuktikan dengan metode deduktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar