Powered By Blogger

Translate

Jumat, 06 Januari 2017

Epistemologi Dan Etika Filsafat Pendidikan Matematika


Epistemologi Dan Etika Filsafat Pendidikan Matematika
Oleh Kelompok 3 dan 4

Materi ini dibahas oleh Kelompok 3 dan 4. Kelompok 3 membahas Epistemologi. Dari apa yang mereka mereka sampaikan, epistemologi adalah objek kajian manusia yang membahas tentang pengetahuan, mulai dari sumber pengetahuan, metode, atau cara memperoleh pengetahuan. Oleh sebab itu, epistemologi diartikan pula sebagai ilmu pengetahuan. Asal mula pengetahuan yaitu karena orang mulai menyadari bahwa pengetahuan merupakan faktor penting untuk menemukan hidup kehidupan manusia. 

Kajian dasar epistemologi adalah situasi manusia tentang suatu peristiwa yang kita alami dan memunculkan sebuah pertanyaan sehingga berusaha untuk memahami dan menghayati, sehingga pada saatnya kita dapat memberikan pegetahuan dengan dapat mempertanggung jawabkan benar atau salahnya,akan tetapi kebenaran itu sendiri belum tentu benar kecuali yang dari Allah SWT.

Posisi epistemologi adalah peranan bagaimana cabang epistemologi tersebut sebagai pengembang dari filsafat, dan apa saja nilai penting yang dimilki cabang ilmu filsafat epistemologi. Epistemologi mempunyai nila-nilai penting antara lain, epistemologi dapat memberikan nilai kepercayaan bahwa manusia mampu mencapai pengetahuan, mampu membedakan benar atau salah, epistemologi mengkukuhkan akal serta kebenaran. 

Lalu, untuk etika filsafat sendiri akan dibahas oleh kelompok 4. Kelompok ini terdiri atas Nevy Rahma, Laili Arfiyanti, dan Fenny Indah. Mereka akan mempresentasikan makalah mereka yang berjudul tentang Etika Filsafat Pendidikan Matematika. Oke, kita masuk pada pembahasan. 

Di awal, mereka terlebih dahulu menyampaikan pengertian etika dan filsafat secara terpisah. Etika adalah ilmu tentang yang baik dan hal yang buruk, dan tentang hak dan kewajiban moral. Jadi, bisa dikatakan bahwa etika merupakan suatu cara mengukur suatu sistem nilai moral dalam suatu masyarakat. Jika moral adalah pengukuran baik dan buruk secara praktis (adat/kebiasaan), maka etika adalah pengukuran baik dan buruk secara teroritis. 

Adapun filsafat sendiri, secara etimologi adalah memahami ilmu secara mendalam, sedangkan secara terminologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengkaji segala sesuatu yang ada dan mungkin ada dengan menggunakan pikiran. 

Selanjutnya, mereka menyampaikan hubungan antar kedua istilah tersebut. Di sinilah konsentrasi saya sedikit terganggu karena ada kegaduhan dalam kelas. Tapi, intinya mereka mengtakan bahwa etika merupakan bagian dari filsafat, sebab mereka sama – sama mengamati perbuatan manusia.
Nah, karena etika cabang dari filsafat, maka etika bisa kita pahami dari 3 bentuk yakni ciri khas manusia(moralitas) dan ilmu tentang moralitas. 

Moralitas merupakan ciri khas manusia, itu bisa kita lihat dalam tingkah laku mereka.
Etika merupakan ilmu tentang moralitas, artinya bahwa ilmu yang membahas atau menyelidiki tingkah laku manusia. Etika diklasifikasikan lagi menjadi etika deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Dalam materi ini saya tak begitu paham. Namun, apa yang mereka saya telas menulisnya. Etika deskriptif itu seperti melukiskan tingkah laku dalam arti yang luas, seperti adat kabiasaan tanpa mempertimbangkan apakah adat ini benar atau tidak. Etika normatif itu berbeda dengan etika etika deskriptif, etika normatif memeriksa lalu menentukan apakah suatu tingkah laku (moral) itu benar atau tidak. Sedangkan, metaetika yakni membahas dan memandang suatu moral dari segi ucapan – ucapan dan bahasa yang kita pergunakan.

Mereka melanjutkan, etika ini lahir dikarenakan rusaknya tatanan moral di yunani kuno. Etika dimaksudkan untuk mengetahui mengapa suatu perbuatan dianggap buruk dan baik. Lalu, apa peran etika filsafat dalam pendidikan matematika? Inilah yang saya tunggu sejak awala, bagaimana sih peran si etika filsafat dalam pendidikan matematika. Mereka menjelaskan, etika filsafat berperean penting dalam pembentukan pribadi dan karakter siswa. Siswa yang berdaya saing bagus diharapkan memiliki sikap yang baik dalam proses pembelajaran. Itu mungkin mengapa pendidika di sekolah – sekolah menekankan kepada siswa untuk memiliki karakter dan pribadi yang bagus, baik itu guru matematika, maupun guru yang lain. 

Dari apa yang kedua kelompok sampaikan, epistemologi dan etika merupakan cabang dari filsafat pendidikan matematika. Kedua hal ini bermaksud menjelaskan tentang pengertian dari ideologi. Namun, pengertian dari ideologi tersebut dapat ditemukan dalam teori Perry dan alangkah bagusnya jika mereka membahasnya.

Pertama, yakni Dualisme, adalah penataan bercabang dari dunia antara baik dan buruk, benar dan salah, kami dan lainnya. Pandangan dualistik dicirikan oleh dikotomi sederhana dan ketergantungan yang kuat pada keabsolutan dan otoritas sebagai sumber kebenaran, nilai, dan kontrol. Sehingga dalam hal keyakinan epistemologis, Dualisme menyiratkan pandangan absolutis terhadap pengetahuan yang dibagi menjadi dua yaitu kebenaran dan kepalsuan, bergantung pada otoritas (penguasa) sebagai arbiter/wasit. Pengetahuan tidak dinilai secara rasional, tetapi dinilai dengan mengacu pada otoritas. Dalam hal keyakinan etika, Dualisme berarti bahwa semua tindakan hanya dinilai atas benar atau salah. 

Kedua, Multiplisitas (keberagaman), sebuah pluralitas 'jawaban', sudut pandang atau evaluasi, dengan mengacu pada topik atau masalah yang sama. Pluralitas ini dianggap sebagai kumpulan yang mempunyai ciri-ciri tersendiri tanpa struktur internal maupun hubungan eksternal, dalam artian ‘orang memiliki hak untuk memiliki pendapatnya sendiri', dengan implikasi bahwa tidak ada penilaian dapat dibuat terhadap pendapat-pendapat tersebut. Pandangan multiplistik mengakui adanya pluralitas jawaban, pendekatan atau perspektif, baik yang bersifat epistemologis ataupun etis, tetapi tidak memiliki dasar pilihan rasionalt antara alternatif--alternatif. 

Dan yang terakhir, Relativisme, sudut pandang pluralitas, interpretasi, kerangka acuan, sistem nilai dan kontingensi (ketidaktentuan) yang mana sifat-sifat struktural dari konteks dan bentuk memungkinkan adanya berbagai macam analisis, perbandingan dan evaluasi dalam Multiplisitas. Secara epistemologis, Relativisme mengharuskan pengetahuan, jawaban dan pilihan dilihat sebagai suatu yang bergantung pada fitur dari konteks, dan dievaluasi atau dibenarkan dalam sistem atau prinsip-prinsip yang diatur. Dari sudut pandang etika, tindakan dianggap diinginkan atau tidak diinginkan berdasarkan kesesuaian dengan konteks dan sistem nilai-nilai dan prinsip-prinsip.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar