Epistemologi
Dan Etika Filsafat Pendidikan Matematika
Oleh Kelompok 3 dan 4
Materi
ini dibahas oleh Kelompok 3 dan 4. Kelompok 3 membahas Epistemologi.
Dari apa yang mereka mereka sampaikan, epistemologi adalah
objek kajian manusia yang membahas tentang pengetahuan, mulai dari sumber
pengetahuan, metode, atau cara memperoleh pengetahuan. Oleh sebab itu,
epistemologi diartikan pula sebagai ilmu pengetahuan. Asal mula pengetahuan
yaitu karena orang mulai menyadari bahwa pengetahuan merupakan faktor penting
untuk menemukan hidup kehidupan manusia.
Kajian
dasar epistemologi adalah situasi manusia tentang suatu peristiwa yang kita
alami dan memunculkan sebuah pertanyaan sehingga berusaha untuk memahami dan
menghayati, sehingga pada saatnya kita dapat memberikan pegetahuan dengan dapat
mempertanggung jawabkan benar atau salahnya,akan tetapi kebenaran itu sendiri
belum tentu benar kecuali yang dari Allah SWT.
Posisi
epistemologi adalah peranan bagaimana cabang epistemologi tersebut sebagai
pengembang dari filsafat, dan apa saja nilai penting yang dimilki cabang ilmu
filsafat epistemologi. Epistemologi mempunyai nila-nilai penting antara lain,
epistemologi dapat memberikan nilai kepercayaan bahwa manusia mampu mencapai
pengetahuan, mampu membedakan benar atau salah, epistemologi mengkukuhkan akal
serta kebenaran.
Lalu,
untuk etika filsafat sendiri akan dibahas oleh kelompok 4. Kelompok ini terdiri
atas Nevy Rahma, Laili Arfiyanti, dan Fenny Indah. Mereka akan mempresentasikan
makalah mereka yang berjudul tentang Etika Filsafat Pendidikan Matematika. Oke,
kita masuk pada pembahasan.
Di
awal, mereka terlebih dahulu menyampaikan pengertian etika dan filsafat secara
terpisah. Etika adalah ilmu tentang yang baik dan hal yang buruk, dan tentang
hak dan kewajiban moral. Jadi, bisa dikatakan bahwa etika merupakan suatu cara
mengukur suatu sistem nilai moral dalam suatu masyarakat. Jika moral adalah
pengukuran baik dan buruk secara praktis (adat/kebiasaan), maka etika adalah
pengukuran baik dan buruk secara teroritis.
Adapun
filsafat sendiri, secara etimologi adalah memahami ilmu secara mendalam,
sedangkan secara terminologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha mengkaji
segala sesuatu yang ada dan mungkin ada dengan menggunakan pikiran.
Selanjutnya,
mereka menyampaikan hubungan antar kedua istilah tersebut. Di sinilah
konsentrasi saya sedikit terganggu karena ada kegaduhan dalam kelas. Tapi,
intinya mereka mengtakan bahwa etika merupakan bagian dari filsafat, sebab
mereka sama – sama mengamati perbuatan manusia.
Nah,
karena etika cabang dari filsafat, maka etika bisa kita pahami dari 3 bentuk yakni
ciri khas manusia(moralitas) dan ilmu tentang moralitas.
Moralitas
merupakan ciri khas manusia, itu bisa kita lihat dalam tingkah laku mereka.
Etika
merupakan ilmu tentang moralitas, artinya bahwa ilmu yang membahas atau
menyelidiki tingkah laku manusia. Etika diklasifikasikan lagi menjadi etika
deskriptif, etika normatif, dan metaetika. Dalam materi ini saya tak begitu
paham. Namun, apa yang mereka saya telas menulisnya. Etika deskriptif itu
seperti melukiskan tingkah laku dalam arti yang luas, seperti adat kabiasaan
tanpa mempertimbangkan apakah adat ini benar atau tidak. Etika normatif itu
berbeda dengan etika etika deskriptif, etika normatif memeriksa lalu menentukan
apakah suatu tingkah laku (moral) itu benar atau tidak. Sedangkan, metaetika yakni
membahas dan memandang suatu moral dari segi ucapan – ucapan dan bahasa yang
kita pergunakan.
Mereka
melanjutkan, etika ini lahir dikarenakan rusaknya tatanan moral di yunani kuno.
Etika dimaksudkan untuk mengetahui mengapa suatu perbuatan dianggap buruk dan
baik. Lalu, apa peran etika filsafat dalam pendidikan matematika? Inilah yang
saya tunggu sejak awala, bagaimana sih peran si etika filsafat dalam pendidikan
matematika. Mereka menjelaskan, etika filsafat berperean penting dalam
pembentukan pribadi dan karakter siswa. Siswa yang berdaya saing bagus
diharapkan memiliki sikap yang baik dalam proses pembelajaran. Itu mungkin
mengapa pendidika di sekolah – sekolah menekankan kepada siswa untuk memiliki
karakter dan pribadi yang bagus, baik itu guru matematika, maupun guru yang
lain.
Dari
apa yang kedua kelompok sampaikan, epistemologi dan etika merupakan cabang dari
filsafat pendidikan matematika. Kedua hal ini bermaksud menjelaskan tentang
pengertian dari ideologi. Namun, pengertian dari ideologi tersebut dapat
ditemukan dalam teori Perry dan alangkah bagusnya jika mereka membahasnya.
Pertama,
yakni Dualisme, adalah penataan bercabang dari dunia antara baik dan buruk,
benar dan salah, kami dan lainnya. Pandangan dualistik dicirikan oleh dikotomi
sederhana dan ketergantungan yang kuat pada keabsolutan dan otoritas sebagai
sumber kebenaran, nilai, dan kontrol. Sehingga dalam hal keyakinan
epistemologis, Dualisme menyiratkan pandangan absolutis terhadap pengetahuan
yang dibagi menjadi dua yaitu kebenaran dan kepalsuan, bergantung pada otoritas
(penguasa) sebagai arbiter/wasit. Pengetahuan tidak dinilai secara rasional,
tetapi dinilai dengan mengacu pada otoritas. Dalam hal keyakinan etika,
Dualisme berarti bahwa semua tindakan hanya dinilai atas benar atau salah.
Kedua,
Multiplisitas (keberagaman), sebuah pluralitas 'jawaban', sudut pandang atau
evaluasi, dengan mengacu pada topik atau masalah yang sama. Pluralitas ini
dianggap sebagai kumpulan yang mempunyai ciri-ciri tersendiri tanpa struktur
internal maupun hubungan eksternal, dalam artian ‘orang memiliki hak untuk
memiliki pendapatnya sendiri', dengan implikasi bahwa tidak ada penilaian dapat
dibuat terhadap pendapat-pendapat tersebut. Pandangan multiplistik mengakui
adanya pluralitas jawaban, pendekatan atau perspektif, baik yang bersifat
epistemologis ataupun etis, tetapi tidak memiliki dasar pilihan rasionalt
antara alternatif--alternatif.
Dan
yang terakhir, Relativisme, sudut pandang pluralitas, interpretasi, kerangka
acuan, sistem nilai dan kontingensi (ketidaktentuan) yang mana sifat-sifat
struktural dari konteks dan bentuk memungkinkan adanya berbagai macam analisis,
perbandingan dan evaluasi dalam Multiplisitas. Secara epistemologis,
Relativisme mengharuskan pengetahuan, jawaban dan pilihan dilihat sebagai suatu
yang bergantung pada fitur dari konteks, dan dievaluasi atau dibenarkan dalam
sistem atau prinsip-prinsip yang diatur. Dari sudut pandang etika, tindakan
dianggap diinginkan atau tidak diinginkan berdasarkan kesesuaian dengan konteks
dan sistem nilai-nilai dan prinsip-prinsip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar