Powered By Blogger

Translate

Senin, 17 Oktober 2016

MAKALAH ELEMEN - ELEMEN IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA




KATA PENGANTAR

          Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah kami ini yang berjudul “UNSUR – UNSUR IDE0L0GI PENDIDIKAN MATEMATIKA”  dari kerja sama yang telah kami lakukan.
          Makalah ini kami buat dalam rangka mendalami pemahaman tentang filsafat pendidikan matematika sekaligus menjadi tugas kami dalam menjalani masa perkuliahan kami ini di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya fakultas Tarbiyah dan Keguruan, lebih tepatnya prodi Pendidikan Matematika kelas B.
            Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Kusaeri, M.Pd selaku guru pembimbing kami dalam mata pelajaran filsafat pendidikan matematika, sehingga kami selaku mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dapat menyusun dan menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyusunan makalah ini.
          Kami berharap semoga makalah kami ini dapat bermanfaat dan dapat menjadi bimbingan belajar atau pengetahuan bagi orang lain. Apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini , kami mohon maaf karena kami selaku manusia tidak luput dari kesalahan, dan mohon maklum apabila makalah ini masih terdapat banyak kekurangan . Atas perhatianya kami ucapkan terima kasih.             

Surabaya,  Oktober  2016
     
 Penyusun



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................       
DAFTAR ISI .........................................................................................................       
BAB I      PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG MASALAH .................................................       
B.     RUMUSAN MASALAH .................................................................       
C.     TUJUAN PENULISAN ...................................................................       
BAB II    PEMBAHASAN
                 A.     PENGERTIAN IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
                          1.  PENGERTIAN IDEOLOGI.....................................................       
                          2.  IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA.........................       
B.      MODEL IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA...............       

C.      ALTERNATIF IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA....       

BAB III   PENUTUP
                 KESIMPULAN.......................................................................................       

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................              








BAB I
A.    LATAR BELAKANG
Pendidikan memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan seseorang. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mendapatan pengetahuan yang nantinya menjadi bekal dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan juga tidak bisa lepas dari ideologi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat. Ideologi turut mewarnai pendidikan sehingga pendidikan yang dilakukan di tengah masyarakat memiliki karakteristik tertentu yang identik dengan ideologi tertentu pula. Sejumlah ideologi pendidikan matematika dan kerangka intelektual dan etika secara keseluruhan telah diidentifikasi dan dikaitkan dengan kelompok-kelompok sosial dan tujuan matematika mereka. Tujuan tersebut, seperti telah dikemukakan sebelumnya, tidak dapat dipisahkan dari bagaimana cara merealisasikannya. Hal ini menimbulkan pertanyaan: unsur-unsur mana dalam ideologi pendidikan matematika yang diperlukan untuk menentukan cara mencapai tujuan? Untuk menjawab ini, diusulkanlah model struktural ideologi pendidikan matematika. Kami di sini akan membahasa apa saja model – model ideologi pendidikan matematika dan alternatifnya.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian ideologi pendidikan matematika ?
2.      Bagaimana model ideologi pendidikan matematika ?
3.      Bagaimana alternatif model ideologi matematika ?

C.     TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian dari ideologi pendidikan matematika.
2.      Untuk mengetahui model ideologi pendidikan matematika.
3.      Untuk mengetahui alternatif model ideologi pendidikan.







BAB II
A.    IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
1.      Pengertian Ideologi
Pengertian ideologi pendidikan matematika :
Ideologi adalah sebuah system atau sekelompok keyakinan dan nilai-nilai yang dipegang oleh kelompok-kelompok sosial yang berguna mengikat kelompok-kelompok tersebut dan digunakan oleh merekauntuk kepentingan mereka sendiri. Ideologi dianggap mengandung keyakinan dan doktrin tentang manusia dan tempatnya di dunia,struktur sosial dan politik dimana ia ingin hidup, dan pandangan tentang cara terbaik untuk mencapai akhir dan tujuan.

2.      Ideologi Pendidikan Matematika
      Filsafat Pendidikan Matematika meliputi beberapa masalah inti pendidikan matematika mengenai ideologi, landasan, dan tujuannya. Dalam perspektif yang lebih umum, dapat dikatakan bahwa filosofi pendidikan matematika bertujuan  menjelaskan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang status dan dasar objek dan metode pendidikan matematika.
   Ideologi pendidikan matematika mengemukakan tentang bagaimana pendidikan matematika dapat diimplementasikan baik secara radikal, konservatif, liberal ,dan demokrasi. Dasar pendidikan matematika menyediakan pembenaran mendapatkan status dan dasar dalam kasus ontologi, epistemologi dan aksiologi.
     Matematika terdiri dari ide-ide pemikiran yang dibatasi oleh ruang dan waktu. Sedangkan matematika sekolah lebih menekankan pada Matematika sebagai kegiatan mencari pola dan hubungan. Matematika adalah kegiatan kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan; Matematika sebagai sarana pemecahan masalah. Matematika sebagai sarana mengkomunikasikan informasi atau ide.[1]
Paul Ernest, seorang ilmuan, menyatakan dalam peta pendidikan yang dibuatnya, bahwa terdapat lima ideologi dalam pendidikan matematika meliputi industrial trainer (diusung kaum industrialis), technological pragmatist, old humanist, pendidikan progresif dan pendidikan untuk semua (education for all; dalam referensi lain disebut sebagai public educator).[2]
Pertama kaum, kaum industrialis. Menurut pandangan kaum industrialis, semua dikerahkan untuk kepentingan industri termasuk pendidikan. Maka, bagi mereka, seni dalam pendidikan tidak bermanfaat. Pendidikan diarahkan pada hal-hal untuk menjadikan anak didik sebagai tenaga kerja. Pada jenjang pendidikan dasar, misalnya, merupakan pengaruh kaum industrialis jika muatan kurikulumnya hanya berupa membaca, menulis dan berhitung. Dilihat dari sisi kemanusiaan, pandangan kaum industrialis mereduksi banyak kebutuhan anak didik. Intuisi tidak dikembangkan dalam hal ini.

Industrialisasi dapat dengan mudah ditemukan di sekitar kita. Ketika kita membiarkan anak menonton tayangan televisi sepanjang harinya, untuk melewatkan waktu, tanpa pendampingan, di mana sebagian besar tayangan totally bermuatan entertainment saja, maka kita telah melakukan industrialisasi terhadap anak. Mengapa? Karena kebutuhan anak yang lain menjadi tidak terpenuhi. Anak memerlukan bimbingan spiritual untuk menumbuhkan ideologi asasi dalam dirinya. Anak perlu ditumbuhkan jiwa seni, melalui sastra, menyanyi, dan sebagainya. Kata Umar bin Khatab r.a., “Ajarkan sastra pada anak-anakmu, agar anak yang pengecut menjadi pemberani."  Dalam referensi lain disebutkan, "Ajari anakmu sastra, agar hatinya menjadi lembut!"

Kaum old humanist, bukan humaniora, mengarahkan kuat pandangan yang berpusat pada diri manusia, bukan pada Tuhan. Artinya, aspek spiritual dinihilkan dalam hal ini. Kaum industrialis, konservatif dan old humanis memiliki pandangan yang hampir sama mengenai pendidikan.  Ketiga ideology ini mendefinisikan matematika sebagai body of knowledge. Maka, menurut ketiganya, matematika juga merupakan struktur pengetahuan. Apa yang layak dikritisi dari pandangan ini? Jika kita mengajarkan matematika sebagai struktur pengetahuan saja, maka kita baru menempuh separuh dari matematika. Separuh yang akan melengkapkan adalah intusi. Maka, matematika menjadi utuh ketika dipandang sebagai struktur yang dibangun dalam kerangka intuisi ruang dan waktu. Masih menurut  kaum industrialis, konservatif dan old humanis, ujian adalah eksternal tes, berupa ujian nasional.
Adapun kaum progresif dan pendidikan untuk semua (education is for all) memiliki pandangan yang bertolak belakang dengan pandangan tiga ideologi yang telah disebutkan di atas. Bagi mereka, matematika adalah kegiatan, bahkan bagi kaum yang berideologi education is for all, matematika dipandang sebagai kegiatan sosial. Bagi keduanya, evaluasi dulakukan melalui portofolio. Saya beranggapan bahwa portofolio mengandung makna bahwa evaluasi dilakukan dengan memandang proses.
Begitulah, semua berdefinisi dengan masing-masing motif yang melatarbelakanginya. Lima ideologi ini adalah yang pernah dan masih mewarnai kurikulum pendidikan di dunia. Bagaimanapun wujud kurikulum di sebuah negara, dapat ditarik kepada ideologi yang melandasinya. Pun di Indonesia saat ini di mana kurikulum 2013 akan segera diberlakukan. Inilah dunia makro pendidikan. Adapun dunia mikro adalah yang ada dalam pikiran kita masing-masing. Maka kita akan memiliki pandangan tersendiri mengenai pendidikan, matematika menurut dunia makro kita masing-masing. Inilah sebenar-benar kekuatan yang memuat daya ubah dalam dunia pendidikan yang kita tekuni saat ini.


B.     MODEL IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Meighan (1986) menggambarkan ideologi sebagai set yang terdiri dari keyakinan yang beroperasi pada berbagai tingkatan dan dalam berbagai konteks dengan beberapa lapisan makna. Model ideologi pendidikan yang diusulkan di sini mencerminkan tingkat kompleksitas. Di pusatnya terletak keyakinan epistemologis dan etis yang fundamental. Berdasar kedua hal ini adalah set kedua tentang keyakinan tujuan pendidikan matematika dan cara untuk mencapai mereka. Dengan demikian model yang diusulkan memiliki dua tingkatan: (1) tingkat dasar yang terdiri dari unsur-unsur yang lebih dalam ideologi, dan (2) tingkat sekunder, terdiri dari unsur - unsur yang dihasilkan yang berkaitan dengan pendidikan.
Tingkat dasar mencakup posisi epistemologis dan etis secara keseluruhan, terdiri dari epistemologi, filsafat matematika dan satu set nilai-nilai moral dan lainnya. Namun, ini adalah unsur yang sangat abstrak, dan ideologi harus menghubungkannya ke pengalaman menjadi orang dan hidup dalam masyarakat. Untuk apakah ideologi perorangan atau kelompok dianggap, realitas menjadi seseorang dan berhubungan dengan orang lain, dan hidup dalam masyarakat pasti membentuk bagian utama kesadaran, keyakinan dan pandangan terhadap dunia. Jadi terdapat dua elemen yang selanjutnya dimasukkan kedalam model ideologi. Ini adalah suatu teori anak yang merupakan bagian khusus dari teori dari seseorang dalam kaitannya dengan pendidikan, dan suatu teori masyarakat. Hal ini berhubungan dengan elemen-elemen ideologi lainnya. Epistemologi memerlukan teori tentang bagaimana pengetahuan individu berkembang. Artinya, mereka memerlukan pengetahuan teori subjektif serta teori-teori pengetahuan objektif. Jadi epistemologi berhubungan dengan teori-teori orang dan anak. Nilai moral mengilhami dan membentuk teori anak, orang dan teori-teori masyarakat. Teori-teori tersebut merupakan komponen penting dari ideologi pada umumnya, dan ideologi pendidikan pada khususnya.[3]
Ideology adalah sebuah sistem atau sekelompok keyakinan dan nilai-nilai yang dipegang oleh kelompok-kelompok sosial yang berguna mengikat kelompok-kelompok tersebut dan digunakan oleh mereka untuk kepentingan mereka sendiri. Perhatikan lebih baik, ideologi dianggap mengandung keyakinan dan doktrin tentang manusia dan tempatnya di dunia, struktur sosial dan politik di mana ia ingin hidup, dan pandangan tentang cara terbaik untuk mencapai akhir dan tujuannya.
(Reynolds dan Skilbeck, 1976, halaman 76-77).
Dalam filosofi pendidikan dan tujuannya, filsuf pendidikan klasik mengembangkan teori anak, atau orang dan masyarakat (Plato, 1941; Dewey, 1916). Seperti halnya dengan pendidik modern, dalam menggambarkan ideologi pendidikan memberikan tempat sentral bagi teori anak (Alexanders 1984; Esland, 1971; Phenix, 1964; Pollard , 1987 Pring, 1984), bagi masyarakat (Apple, 1979; Raynor 1972) Williams, 1961; Young, 1971a), atau bagi keduanya (Freire 1972) Giroux 1983; Reynolds dan Skilbeck, 1976). Jadi sangat baik untuk memasukkan unsur-unsur tersebut dalam ideologi pendidikan.[4]
Komponen terakhir adalah tujuan pendidikan. Pandangan atas sifat alami anak memiliki efek mendalam pada tujuan pendidikan dan sifat pendidikan, seperti pendapat Skilbeck (1976). Sebagian besar penulis yang dikutip memasukkan tujuan pendidikan pada perlakuan ideologi pendidikannya. Ini mewakili aspek kesengajaan dalam kaitannya dengan pendidikan, menyatukan elemen yang mendasari epistemologi, sistem nilai, teori teori anak dan masyarakat. Melalui tujuan pendidikanlah kepentingan kelompok ideologis disajikan dan dilaksanakan. Tingkat sekunder model terdiri dari unsur-unsur hasil yang berkaitan dengan pendidikan matematika. Perbedaan ini jauh dari mutlak, dan karakteristik yang membedakannya adalah spesialisasi untuk pendidikan matematika. Dalam ideologi pendidikan sains, misalnya, unsur-unsur sekunder akan berbeda, unsure tersebut akan dialihkan untuk pendidikan sains.
Apa yang harus menjadi elemen sekunder? Pertama, filsafat pribadi matematika mungkin tidak sama dengan teori matematika sekolah. Karena pengetahuan matematika sangat penting bagi seluruh proses pendidikan matematika, teori pengetahuan matematika sekolah akan diperlukan, selain diperlukannya filsafat matematika. Kedua, diperlukannya spesialisasi tujuan pendidikan matematika. Dengan demikian tujuan pendidikan matematika harus dimasukkan sebagai suatu elemen. Ketiga, cara mencapai tujuan-tujuan ini harus diwakili, seperti yang telah dibahas sebelumnya. Untuk mencapai tujuan pendidikan matematika, maka matematika perlu diajarkan, pengajaran yang dimaksud secara luas cukup untuk mencakup bentuk pedagogi liberal. Jadi teori pengajaran matematika termasuk peran guru, juga diperlukan. Pengajaran matematika telah berubah sepanjang sejarah seiring dengan perkembangan di bidang sumber daya untuk mengajar dan belajar matematika Teks, alat bantu menghitung seperti kalkulator elektronik dan mikro-komputer misalnya, memainkan peran sentral dalam pendidikan matematika. Dengan demikian adalah tepat untuk memasukkan teori sumber daya untuk pendidikan matematika sebagai salah satu unsur. Dalam model umumnya tentang ideologi, Meighan (1986) memasukkan komponen tersebut kedalamnya. Pengajaran merupakan instrumental bagi pembelajaran, yang mana hal tersebut merupakan hasil dimaksud dalam pendidikan matematika. Jadi teori belajar matematika, termasuk peran pelajar, merupakan pusat ideologi pendidikan matematika. Teori-teori pembelajaran matematika berasal dari kedua asumsi epistemologis (sifat, akuisisi dan pertumbuhan pengetahuan) dan pandangan moral mengenai tanggung jawab individu, dan dari teori-teori masyarakat dan teori anak. Jadi teori belajar matematika dan peran pelajar termasuk dalam model.
Penilaian pembelajaran matematika sangatlah penting, terutama yang berkenaan dengan fungsi-fungsi sosialnya. Hal ini dapat dimasukkan dibawah komponen lainnya, tetapi mengingat signifikansinya, akan dibedakan di sini. Jadi teori penilaian pembelajaran matematika termasuk di antara elemen sekunder. Meighan (1986) masukkannya di antara elemen-elemen ideologi pendidikan, dan Lawton (1984) menggambarkan terori itu sebagai salah satu dari tiga komponen utama dari kurikulum. Penekanan ini membenarkan penangannya sebagai sebagai elemen yang terpisah dari model.[5]
Sebagai tambahan bagi elemen diatas, adalah mungkin untuk membedakan unsur-unsur yang berasal dari teori-teori anak dan masyarakat. Terkandung dalam teori anak adalah teori kecerdasan dan kemampuan, dan fluiditas atau kepastiannya. Terdapat berbagai macam pandangan bervariasi yaitu pada apakah ciri-ciri anak merupakan warisan dan tetap atau apakah mereka secara signifikan terpengaruh dan dibentuk oleh lingkungan dan pengalaman mereka. Sebuah teori kemampuan. Dan khususnya kemampuan matematika berasal dari teori anak, seperti halnya pandangan dari tatanan sosial, menghubungkan perbedaan individu dan tipologi terhadap kelompok social, dan dari teori-teori sifat matematika dan aksesibilitas-nya. Konsep kemampuan sangat penting dalam matematika (Ruthven, 1987), sehingga teori kemampuan matematika termasuk juga didalam model.
Teori masyarakat termasuk dalam konsep-konsep keanekaragaman sosial, dan dari hubungan antar segmen yang berbeda. Digabungkan dengan unsur-unsur lain, seperti pandangan matematika dan pengetahuan, hal ini akan mengarah pada teori pribadi tentang keragaman sosial dan kepentingannya serta akomodasi dalam pendidikan matematika. Untuk alasan ini, teori keanekaragaman sosial Dalam pendidikan matematika juga disertakan. Teori kemampuan dan keragaman sosial dalam pendidikan matematika tidak termasuk dalam model ideologi pendidikan oleh ahli-ahli lainnya. Namun sosiolog pendidikan telah lama menunjukkan pentingnya masyarakat, hubungan sosial, keragaman sosial, seperti yang kita lihat di atas, seperti halnya dengan konstruk kemampuan bagi pendidikan (Beck et al., 1976: Meighan. 1986). Secara khusus, Ruthven (1987) telah menunjukkan peran ideologis sentral yang dimainkan oleh konsep guru akan kemampuan matematika. Konsep gender, ras dan kelas juga diakui sebagai faktor sentral dalam distribusi kesempatan pendidikan dalam matematika (Burton, 1986;, Ernest 1986 1989;. Ruthven, 1986 1987.). Untuk alasan ini, adalah tepat untuk memasukkan teori kemampuan matematika dan keanekaragaman sosial dalam matematika diantara unsur-unsur sekunder model. Selesailah model yang diajukan untuk ideologi pendidikan. Elemen-elemen lainnya lebih lanjut dapat dimasukkan, walaupun model tersebut sudah cukup, jika tidak akan menimbulkan kompleksitas berlebihan. Pemilihan komponen ini, sampai batas tertentu, merupakan masalah keputusan, bukan dari masalah kebutuhan. Perkembangan di masa mendatang atau kegunaan model ideologi pendidikan sangat mungkin membutuhkan keputusan yang berbeda.

Tabel 6.3 .. Sebuah Model Ideologi Pendidikan untuk Matematika
Elemen Primer Epistemologi
Filsafat Matematika
Set Nilai Moral
Teori Anak
Teori Masyarakat
Tujuan Pendidikan
Elemen sekunder Tujuan Pendidikan Matematika
Teori Pengetahuan Matematika Sekolah
Teori pembelajaran Matematika
Teori Pengajaran Matematika
Teori Penilaian Pembelajaran Matematika
Teori Sumber Pendidikan Matematika
Teori Kemampuan Matematika
Teori Keanekaragaman Sosial dalam Pendidikan Matematika
Model ideologi pendidikan untuk matematika diringkas dalam Tabel 6.3.
           
Table tersebut merupakan kerangka tentatif, yang memungkinkan konsekuensi dari sejumlah perspektif epistemologis dan etis pendidikan matematika dijabarkan dan dibandingkan. berbagai elemen model yang berbeda seperti komponen teori, tidak boleh dianggap sebagai kategori subsisten abstrak. Mereka merupakan label yang sesuai untuk aspek - aspek dari sebuah cluster keyakinan dan nilai-nilai yang lebih atau kurang terintegrasi. Banyak elemen yg erat saling berkaitan dan saling tergantung, dan tidak ada klaim yang dibuat bahwa mereka dapat dipisahkan sepenuhnya.[6]

C.     ALTERNATIF MODEL IDEOLOGI PENDIDIKAN MATEMATIKA
Model ini dapat dievaluasi secara kritis dengan dibandingkan dengan proposal lain, termasuk yang berikut. Esland (1971) menawarkan model yang membedakan tiga kategori konstitutif pemikiran guru: (a) perspektif pedagogis, termasuk asumsi tentang belajar, asumsi tentang status intelektual anak, asumsi tentang gaya mengajar, (b) perspektif subjek, dan (c) perspektif karir. Kategori ini mencerminkan beberapa elemen utama yang diusulkan di atas. Model ini generik, bukan subyek-spesifik sehingga untuk dibandingkan mengharuskan aplikasinya untuk matematika, seperti pada Cooper (1985). Atas dasar ini, ada pertandingan parsial antara model Esland dan yang diusulkan di atas dalam hal unsur-unsur epistemologi, tujuan dan teori pengetahuan sekolah, anak, kemampuan, belajar dan peran pelajar, pengajaran dan penilaian. Di luar faktor-faktor ini, Esland menambahkan dimensi baru, karir perspektif guru, yang lebih pragmatis berkaitan dengan kehidupan sosial dan profesional seorang guru, daripada kerangka ideologis yang merupakan titik permasalahan. Hal ini, bagaimanapun, berhubungan dengan, jika tidak memperlakukan kepentingan kelompok-kelompok sosial, yang mana tujuan mereka akan terus berlanjut.
Hal ini tersebut pada Cooper (1985) yang mengkritik tentang model. Dia berpendapat bahwa ada perlakuan yang tidak sesuai pada dasarnya (dan pada batasannya) pada pengelompokan ideologis, maupun pada konflik di setiap kemungkinan2 yaitu konflik antar kelompok idealogis. Salah satu elemen yang tdk disebutkan oleh Esland telah tergabung dalam model sekarang dan berkaitan dengan hal tersebut. Teori ini adalah teori tentang masyarakat. Dimasukkannya unsur ini, beserta faktor lain, berarti bahwa kritik Cooper tidak berlaku untuk model yang diusulkan dalam bab ini.
Untuk lokasi sosial dari perspektif ideologis, dan diskusi kekuatan relatif mereka beserta konfliknya, misalnya, pembangunan Kurikulum Nasional  secara eksplisit menarik keinginan/minat, kekuatan dan konflik. Hammersley (1977) mengusulkan model ideologis dari perspektif guru. yang membedakan lima komponen: pandangan tentang pengetahuan, pandangan tentang pembelajaran, kegiatan siswa, peran guru dan teknik mengajar. Komponen tersebut dipecah lebih lanjut, dan menyebutkan bahwasannya asesmen/penilaian termasuk dalam komponen yang terakhir. secara keseluruhan, model ini merupakan bagian yang tepat dalam bab ini pada tiap2 elementnya. Ideologi pendidikan membuka kritik-kritik yang diberikan oleh Cooper pada model Esland. Bagaimanapun juga, hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan perspektif guru daripada ideologi kelompok itu sendiri, dan sebagian besar kekuatannya terletak pada identifikasi yang membangun di setiap komponennya.[7]
Meighan (1986) menawarkan model yang lebih halus dalam ideologi pendidikan, yang mencakup delapan komponen, yang masing-masing merupakan teori pribadi. Komponen-komponennya adalah sebagai berikut.
1. Sebuah teori pengetahuan, isi dan struktur.
2. Sebuah teori pembelajaran dan peran siswa.
3. Sebuah teori pengajaran dan peran guru.
4. Sebuah teori sumber daya yang tepat untuk belajar.
5. Sebuah teori organisasi pembelajaran situasi.
6. Sebuah teori penilaian bahwa pembelajaran telah dilakukan.
7. Sebuah teori tujuan, sasaran, dan hasil.
8. Sebuah teori lokasi belajar.

Sebagian besar komponen ini memiliki analog mengenai model yang diusulkan di atas. Sekali lagi ini adalah generik, daripada model subjek yang spesifik. Model ini mengandung dua komponen yang tidak termasuk dalam model yang diusulkan di atas: teori organisasi pembelajaran dan lokasi. Model Ini memperkenalkan aspek-aspek sosial di sekolah apabila lingkungan sosial dan politik penuh. Namun Meighan menjelaskan bahwa  teori tujuan dalam ideologi termasuk tujuan sosial. Karena ia telah membedakan komponen ini sebagai bagian dari ideologi legitimasi, yang berfungsi untuk menopang kepentingan kelompok sosial. Sebaliknya, komponen lain disebutkan menjadi bagian dari implementasi ideologi, yaitu, sarana untuk mengimplementasikan tujuan-tujuan.
Sebuah kritik yang diarahkan pada model Meighan bisa saja pada saat unsur-unsur sekunder pada sebuah ideologi pendidikan telah memberikan hasil yg baik, bukan berarti pula memberikan perlakuan tepat pada keyakinan inti yang mendasar. Sebagian besar komponennya adalah bagian dari pelaksanaan ideologi ', dan tidak merupakan inti dari sebuah epistemologis dan sistem keyakinan pada etika. Ernest (1989c, d) menawarkan analisis terhadap keyakinan guru matematika termasuk empat komponennya: pandangan tentang sifat matematika, mengajar dan belajar, dan prinsip-prinsip pendidikan, yang meliputi nilainilai pendidikan dan pandangan mengenai isu-isu sosial. Dan komponen – komponen tersebut telah diterapkan pada pendidikan matematika. Ini terbuka untuk kritik-kritik Cooper yang tidak mengakui hubungan antara tujuan, kekuasaan, dan minat dari kelompok-kelompok sosial.
Berdasarkan pada kebijakan pendidikan, Lawton (1984), membedakan tiga kategori sosial terhadap ideologi pendidikan: keyakinan, nilai dan selera (atau pilihan). kategori secara umum ini menggolongkan semua elemen yang dinilai masih layak tetapi terlalu umum untuk digunakan banyak pengguna. Survei singkat ini memberikan penilaian parsial dari model yang diusulkan untuk hampir semua elemen yang dimasukkan dan dibenarkan dalam salah satu model yang disurvei.. Sebuah kritik dapat diarahkan langsung pada beberapa kategori pada model tertentu. Hal Ini karena tidak adanya dasar teori untuk beberapa komponen Sebaliknya. model ini terletak secara sistematis, yaitu dimensi epistemologis dan dimensi moral dari ideologi yang mendasarinya, serta literatur. Dan tentunya memiliki landasan teori.[8]













BAB III
KESIMPULAN
Dengan demikian model yang diusulkan memiliki dua tingkatan: (1) tingkat dasar yang terdiri dari unsur-unsur yang lebih dalam ideologi, dan (2) tingkat sekunder, terdiri dari unsur - unsur yang dihasilkan yang berkaitan dengan pendidikan. Tingkat dasar mencakup posisi epistemologis dan etis secara keseluruhan, terdiri dari epistemologi, filsafat matematika dan satu set nilai-nilai moral dan lainnya.



DAFTAR PUSTAKA
Ernest, Paul. 2004. The Philosophy of Mathematics Education. Taylor & Francis e-Library.
http://dokumen.tips/documents/filosofi-pendidikan-matematika.html diakses pada tanggal 16 Oktober 2016 pukul 21:17



[1] http://dokumen.tips/documents/filosofi-pendidikan-matematika.html diakses pada tanggal 16 Oktober 2016 pukul 21:17
[3] Paul Ernest, The Philosophy of Mathematics Education, 2004, Taylor & Francis e-Library. Hal 131
[4] Ibid,. Hal 132.
[5] Ibid,. Hal 132 - 133
[6] Ibid,. Hal 134.
[7] Ibid,. 134 – 135.
[8] Ibid,. Hal 135 – 136.