Kemajuan
dan Kemunduran Matematika pada Zaman Islam.
Ketika
menyimak presentasi yang disampaikan oleh kelompok 15 dan 16. Muncul rasa
bangga sekaligus rasa sedih dalam diri saya. Hal ini dikarenakan ada penyebabnya yang akan
saya jelaskan pada bahasan kali ini.
Kelompok
15 terdiri atas 2 orang anggota yakni Elvin dan Fitria. Elvin menjadi pemateri
pertama yang menyampaikan tentang penyebab kemajuan Matematika pada Zaman Kejayaan
Islam.
Pada
abad ke-1 Masehi, bangsa Arab masih ketinggalan jauh dalam bidang ilmu
pengetahuan dibanding dengan negeri – negeri yang lain seperti Persia, India,
Yunani, dan Romawi. Hali ini dikarenakan bangsa Arab yang masih sibuk dengan
peperangan. Akan tetapi, abad ke-8 merupakan masa di mana perkembangan ilmu
pengetahuan bangsa Arab sangat mengagumkan.
Tepatnya
pada tahun 750 M, bangsa Arab bangkit mengejar ketertinggalannya dalam bidang
ilmu pengetahuan. Kemajuan ini terjadi pada abad 7 Masehi sampai abad ke 12
Masehi. Masa ini yakni dimana khalifah – khalifah bani Abbasiyah memerintah. Di
antara khalifah – khalifah, ada tiga khalifah yang sangat berperan bagi
kemajuan ilmu pengetahuan. Ketiga khalifah tersebut adalah khalfah Al Manshur,
khalifah Harun ar Rasyid, dan khalifah Al Ma’mun.
Kebangkitan
islam terjadi saat bangsa Eropa mengalami masa kegelapan. Semua ini dimulai
pada masa khalifah Al Manshur dengan dibentuknya Dewan Penerjemah Bahasa Latin
yang menerjemahan buku – buku matematika dari Yunani, India, Persia, dan negeri
yang lainnya. Puncaknya, yakni pada masa khalifah Harun ar Rasyid, didirikan
khizanatul Hikam yang selanjutnya dikembangkan oleh Khalifah Al Ma’mun menjadi
Baitul Hikmah. Tempat ini merupakan pusat penterjemahan, perpustakan, dan
observatorium. Masa ini adalah masa permulaan zaman keemasan (golden ages of
islam) bagi sejarah dunia islam.
Dalam perkembangan matematika pada masa ini, tentunya lahir banyak matematikawan muslim yang brilian. Fitria menjelaskan dua orang dari sekia banyaknya matematikawan muslim yang berperan dalam perkembangan matematika . Al-Khwarizmi dan Abul Wafa Muhammad Al Buzjani. Khalifah Al-Ma'mun menjadi sahabat karibnya yang menjadikan Al-Khwarizmi sebagai anggota Baitul Hikmah. Kemampuannya menguasai beberapa bahasa asing membantunya memahami dan memperdalam pengetahuannya tentang ilmu matematika dan astronomi dari sumber aslinya. Al-Khwarizmi terkenal dengan teori algoritma dan aljabar atau aritmatika (ilmu hitung). Ia mengembangkan ilmu ukur sudut melalui fungsi sinus dan tangen, persamaan linier dan kuadrat serta kalkulasi integral. Ia juga memperkenalkan penggunaan bilangan nol sebagai nilai tempat dalam basis sepuluh. Sedangkan Abu Wafa adalah ahli matematika muslim fenomenal diera keemasan islam. Ia belajar matematika dari pamannya bernama Abu Umar Al-Maghazli dan Abu Abdullah Muhammad Ibn Ataba. Abu Wafa banyak memberi sumbangan yang sangat penting bagi pengembangan ilmu berhitung. Salah satu jasa terbesarnya bagi studi matematika adalah Trigonometri.
Pada
presentasi kelompok selanjutnya, inilah yang membuat saya sedih. Kemunduruan
perkembangan matematika di akhir zaman kejayaan umat islam. Kebesaran,
keagungan, kemegahan dan gemerlapnya baghdad sebagai pusat pemerintahan Dinasti
Abbasiyah seolah-olah hanyut dibawah sungai tigris, setelah kota itu
dibumihanguskan oleh tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun
1258 M. Semua bangunan kota termasuk Baitul Hikmah dihancurkan, buku-buku yang
ada didalamnya dibakar dan dibuang ke sungai tigris sehingga warna air sungai
berubah menjadi hitam kelam karena lunturan tinta pada buku-buku tersebut. Hal
ini tentunya berdampak pada kemunduran perkembangan matematika pada zaman peradaban islam.
Ada beberapa
faktor penyebab mundurnya jatuhnya umat islam pada saat itu.
Faktor Internal :
- Lemahnya komunikasi
- Tidak adanya aturan yang baku
- Lemahnya ekonomi
- Konflik keagamaan
Faktor Eksternal :
- Persaingan antar bangsa
- Perang Salib
- Serangan bangsa Mongol
Ketika kaum Muslimin
terendam darah kesedihan setelah adanya serangan dari bangsa Mongol, masih juga
ummat Islam dapat berpikir, menciptakan sesuatu yang besar dan melahirkan
ilmuwan internasional walaupun jumlahnya sedikit seperti Al-Qalasadi.
Abu al-Hasan bin
Ali al-Qalasadi (1412-1486) adalah seorang ahli matematika muslim dari
Andalusia. Al-Qalasadi adalah orang pertama yang menggunakan simbol-simbol yang kini
digunakan dalam penulisan persamaan notasi pecahan. Al-Qalasadi menggunakan
pernyataan “ala ma’sihi” yang berarti “tempatkan di atasnya”, dan “mafawk
al-Khatt” yang berarti “yang ada di atas garis”.
Al-Qalasadi merupakan ilmuwan pertama yang menggunakan simbolisasi saat
membahas atau menulis sebuah persamaan. Salah satu penemuannya adalah simbol matematika
dengan menggunakan karakter huruf arab. Simbol-simbol tersebut adalah sebagai
berikut :
1)
ﻭ (wa) berarti dan, berfungsi untuk
penambahan (+)
2)
ﻻ(la) berarti kurang, berfungsi untuk pengurangan (–)
3)
ف (fi) berarti kali, berfungsi
untuk perkalian (*)
4)
ة (ala) berarti atas, berfungsi
untuk pembagian (/)
5)
ﺝ (j) merupakan jadah yang
berarti akar
6)
ﺵ (sy) merupakan syai, artinya
berungsi untuk sebuah variabel (x)
7)
ﻡ (mim) merupakan mal untuk
sebuah persegi (x2)
8)
ﻙ (k) merupakan kab untuk
sebuah kubus (x3)
9)
ﻝ (l) merupakan yadillu untuk
menunjukkan kesetaraan (=)